Suatu hari di tengah telaga, ada ayah dan anak yang sedang menghabiskan waktu mereka memancing disana dengan perahu kecil.  Air telaga bergoyang perlahan dan membentuk riak-riak kecil di air.
sang anakpun bertanya
“Ayah...”
“Tadi malam ini,aku bermimpi aneh.  Aku bermimpi melihat dua ekor singa yang sedang berkelahi. Gigi-gigi mereka, terlihat runcing dan tajam. Keduanya sibuk  mencakar dan menggeram, saling ingin menerkam. Mereka tampak ingin saling menjatuhkan.” ucap sang anak.

Ayahnya terdiam dan mendengarkan cerita anaknya. Lalu, mulai melanjutkan cerita, “singa yang pertama, terlihat baik dan tenang. Geraknya perlahan namun pasti. Badannya pun kokoh dan bulunya bagus. Walaupun suaranya keras, tapi terdengar menenangkan buatku.”
”Tapi, singa yang satu lagi tampak menakutkan buatku. Geraknya tak beraturan, sibuk menerjang kesana-kemari. Badannya pun kotor, dan bulu yang tak rapi. Suaranya parau dan menyakitkan.”
“Aku bingung, maksud dari mimpi ini apa?. Lalu, singa yang mana yang akan memenangkan pertarungan itu, karena sepertinya mereka sama-sama kuat?”

Melihat anaknya yang bingung, sang Ayah mulai angkat bicara. Dipegangnya punggung anaknya sambil tersenyum, ayah berkata, “pemenangnya adalah, yang paling sering kamu beri makan.”
Ayah kembali tersenyum, dan mengambil pancingnya, di lontarkannya ujung kail itu ke tengah telaga

=========

dari cerita diatas semoga kita dapat menarik pelajaran bahwa setiap diri kita memiliki “singa” saling bertolak belakang. Masing-masing ingin menjadi pemenang, dengan menjatuhkan salah satunya. Singa-singa itu adalah gambaran dari sifat yang kita miliki. Kebaikan dan keburukan. Dua sifat ini sama-sama memiliki peluang untuk menjadi pemenang dan kita pun dapat mengambil sikap untuk memenangkan salah satunya. Semua tergantung dengan singa mana yang sering kita beri makan.

Apa yang kita lakukan, baca dan apa yang kita lihat, adalah makanan bagi pikiran kita. Apa yang terpikirkan, itulah yang akan tersikap.